Teman Yang Pengertian




Hmm, cerita ini berlangsung pada tahun 1999. Umur saya bisa disebut masih cukup muda untuk mengenali yang namanya seks. Tapi apa ingin dikata, sebab seks itu enak karena itu saya jadi suka. Anyway, kembali pada narasi saya..
Di hari yang sudah di janjikan, saya sudah buka satu kamar di wilayah Juanda, serta sama seperti yang sudah diperkirakan, Vina tiba bawa seorang temannya yang namanya Santi.

3x saya dengar ketokan pintu, karena itu dengan cara automatis saya membuka pintu.

Demikian pintu terbuka, nampaklah Vina yang sedang tersenyum pada saya, serta di belakangnya terlihat temannya yang akan diperkenalkan ke saya. Serta betul saja, temannya itu menang betul seperti sekali dengan aktris ibukota yang Vina katakan.

"San, kenalin donk.. ini loh teman gue yang gue ingin kenalin ke elu." demikian sebut Vina sekalian masuk dalam kamar.

"Oh ya, gue Santi.. serta elu sapa..?" sapanya ramah.

Saya pernah terdiam pada saat Santi menjulurkan tangannya, sebab saya tidak mengerti jika cewek ini demikian cantiknya, serta saya harus bisa mencicipinya hari ini.

"Hmm, nama gue A.." demikian saya sadar, langsung saya memberi respon dengan julurkan tangan.Hmm, kulitnya halus , pikirkan saya. Jika dari yang saya melihat, Santi ini sedikit semakin pendek dari Vina, tapi ia memiliki buah dada yang semakin besar dibanding Vina. Kurang lebih tingginya 160 cm, 45 kg, serta saya pikir ukuran dadanya 34C, soalnya dadanya besar sekali.

"Eh, loe berdua jangan diem begitu donk, kasih gue minum kek..!" mendadak suara Vina pecahkan kesunyian yang ada.

"Oh ya, sori Vinn, tuch loe mengambil saja deh di kulkas..!" jawab saya sekenanya.

"Gini..," kata Vina. "Teman gue Santi ini seorang janda anak satu, tetapi loe pikirkan deh, umurnya baru 23 serta bodinya masih segini, tidak sedih donk loe gue bawain yang kaya gini." lanjut Vina lagi.

"Ah elu bisaan saja Vin," sahut Santi dengan tersipu, hingga tampaklah mukanya yang sedikit memeras.

Aduh.., ini membuat saya jadi horny saja.

Mendadak saja Santi menarik Vina ke kamar mandi.

"Turut gue bentar deh Vin..!" kata Santi.

Lalu Vina dengan keburu buru ikut juga serta sekalian bicara pada saya, "Dah loe tiduran saja dahulu di tempat tidur, teman gue ingin katakan suatu hal kali nih ke gue."

Tidak lama mereka keluar dari kamar mandi.

"Eh sori yach barusan sempat buat loe terkejut." kata Santi.

"Eh, tidak apa-apa kok." jawab saya masih bimbang.

"Emangnya mengapa sich barusan..?" saya masih bimbang.

"Sudah deh loe tidak perlu tahu, kepentingan wanita kok baru saja, yang perlu saat ini loe enjoy saja di tempat tidur loe serta ikutin permainan gue." imbuhnya lagi.

"Wah-wah-wah, permainan apalagi nih..?" pikirkan saya dalam hati.

Tetapi saya telah suka sekali, ditambah lagi saya lihat Vina tersenyum nakal mengarah saya. Duh, saya bertambah horny saja deh.

"Sebelum gue kasih loe izin, jangan sekali kali loe sentuh gue, ok..?" kata Santi.

"Ok-ok deh..," jawab saya walau saya masih cukup bingung dengan arah permainannya.

Mendadak saja Santi langsung dekati ke tempat tidur serta selekasnya menciumi saya di bibir. Yach telah automatis saya akan memberi respon donk. Lidah kami sama-sama 'bergerilya', sedang saya cuma bisa celentang saja di tempat tidur. Selanjutnya ciuman Santi turun ke leher saya, hm.. nikmatnya pikirku. Dijilatinnya leher saya, terus ia menjilati kuping saya.

Tanpa ada sadar saya mendesah, "Ahh, enak, San, terusin dong..!"

"Saat ini gue bukain pakaian loe, tetapi inget..! Tangan loe tetep diam saja yach, jangan sentuh gue sebelum gue kasih izin..!" sahutnya lagi.

"Aduh menderita sekali nih..! Waktu ingin ML tetapi tangan gue tidak bisa megang-megang sich..!" pikirkan saya dalam hati.

Dengan cepet Santi buka pakaian saya serta langsung dibuang. Dengan sigapnya Santi langsung bergerilya di dada saya, seperti seorang yang lama tidak memperoleh badan lelaki. Digigitnya ke-2 puting saya.

"Ahh, enak gigitan loe," saya mendesah perlahan.

Samar-samar saya lihat Vina duduk di samping saya sekalian memerhatikan muka saya serta ia tersenyum.

Tanpa ada sadar tangan saya coba cari buah dada Santi buat saya remas-remas. Eh tanpa ada saya sangka, mendadak saja tangan saya dihalau oleh Santi serta Vina.

"Gue kan sudah katakan, kalau belum gue kasih izin jangan sentuh gue..!" kata Santi.

"Iya, loe tuch bagaimana sich..?" kata Vina, "Ikutin donk permainannya Santi..!" lanjut Vina.

"Yach habis bagaimana donk..? Namanya reflek..!" timpal saya sekalian mendesah serta cukup sedih.

"Intinya loe sabar deh..!" kata Santi sekalian buka celana saya.

"Hmm.., CD mode low cut dengan warna hitam nih..!" tutur Santi sekalian bergumam sendiri.

"Loe tahu saja kegemaran gue..!" kata Santi, "Serta loe seksi sekali dengan CD warna gini, buat gue horny tahu..!" kalimat Santi yang paling akhir sebelum ia mulai ber-'karaoke'.

"Oohh, enak, sedot lagi donk yang kuat San..!" kata saya sekalian mendesah.

Kira-kira 5 menit Santi sudah ber-'karaoke' pada penis saya. Selanjutnya Santi dengan sigapnya melepas semua pakaian, celana serta baju dalamnya.

"Nah, saat ini loe baru bisa sentuh gue..!" kata Santi.

Karena itu sebab dari barusan saya telah meredam ingin nyentuh ia tetapi jangan, karena itu kesempatan kali ini tidak saya percuma kan. Langsung saya rebahkan Santi di tempat tidur serta giliran saya ciumi bibirnya, serta Santi membalasya dengan tidak kalah ganasnya. Selanjutnya saya turuni ciuman saya ke wilayah lehernya. Hmm, lehernya yang bersih itu saya ciumi serta saya jilati. Samar-samar saya dengar Santi mulai mendesah.

Kesempatan ini saya turun ke buah dadanya, saya menjilati dahulu pinggirnya dengan cara berganti-gantian, dari kanan ke kiri. Tapi saya tidak sentuh sedikit juga putingnya Santi.

Serta Santi selanjutnya bicara, "Mari donk isepin puting gue, please..!"

"Wah ini waktunya balas sakit hati nih..!" pikirkan saya dalam hati.

"Hah..? Loe meminta diisepin puting loe, sabar yach sebelum gue mood, gue tidak akan isep puting loe..!" jawab saya sekalian tersenyum.

Saya melihat Vina ikut juga tersenyum lihat temannya tergeletak pasrah.

Tidak lama sesudah saya mainkan buah dadanya, saya turun ke vaginanya. Tampaklah bulu-bulu vagina Santi yang demikian halus serta dicukur rapi. Dengan cepat saya langsung mengisap vagina santi.

"Ohh.., ohh.., enakk..! Terusin donk Sayang..!" sahut Santi sekalian mendesah.

Kalimat itu membuat saya lebih semangat, karena itu saya lebih liar untuk mengisap vaginanya.

"Sayang, saya ingin keluar," lirih santi.

Serta mendadak saja cairan vagina Santi keluar disertain pekikan dari Santi yang selanjutnya saya telan semua cairan vagina Santi.

"Duh Say, kamu kok hebat sich maenin memekku..?" bertanya Santi.

Yang saya kerjakan cuma tersenyum saja.

"Please donk, masukin punyai kamu saat ini..!" pinta Santi dengan memelas.

"Tunggu dulu, puting kamu belum gue hirup..!" jawab saya.

Karena itu secara cepat langsung puting yang berwarna coklat muda itu saya hirup dengan kencanganya dengan cara berganti-gantian, kiri serta kanan.

"Ahh, enakk Sayang, terusin..! Lebih kencang donk..!" teriak Santi.

Hmm, dengar suara cewek lagi terangsang demikian membuat saya lebih horny lagi, ditambah lagi sang 'adik' telah dari barusan menanti gantian 'masuk'. Karena itu langsung saya masukkan penis saya ke vaginanya.

"Shit..! Sempit sekali nih memek..!" pikirkan saya dalam hati.

Sesudah sedikit berusaha susah payah, pada akhirnya juga masuk barang saya ke vaginanya.

"Edan bener San, barang loe enak serta sempit sekali sich..?" jawab saya dengan napas yang mulai tidak teratur.

Serta kalimat saya dibalas dengan senyum oleh Santi yang sedang merem melek.

Demikian masuk, langsung saya goyangkan. Yang ada cuma suara Santi yang terus mendesah serta teriak.

"Ahh terus Sayang, lebih cepet donk..!"

Serta sepintas di samping saya terlihat Vina sedang meremas-remas buah dadanya sendiri.

"Sabar Vin, akan datang gantian loe, saat ini gue beresin dahulu teman loe ini..!" jawab saya sekalian sambil menggoyahkan Santi.

Vina cuma bisa menganggukan kepala, soalnya dia paham ini sisi dalam permainan yang mereka bikin, jadi Vina jangan turut sedikit juga dalam permainan saya serta Santi.

Selang beberapa saat Santi meminta giliran tempat, kesempatan ini ia ingin di atas.

"Gue cepet keluar kalau di atas..!" tuturnya enjoy.

Kami juga bertukar tempat. Sehubungan Santi barusan telah keluar, karena itu kesempatan ini saat kami 'main' vagina Santi telah becek.

"Ahh.., enakk.., barang lo terasa sekali sich..!" jawab Santi sekalian merem melek.

5 menit selanjutnya Santi teriak, "Ahh.., gue keluar lagi..!" serta ia langsung jatuh ke pelukan saya.

Tapi saya kan belum keluar, wah tidak ini triknya nih. Ya telah pada akhirnya saya giliran dengan style dogy.

Kesempatan ini kembali lagi Santi menjerit, "Terusiin Sayang..!"

Selang beberapa saat saya berasa jika saya mau keluar.

"San, ingin keluarin dimana..?" bertanya saya.

"Dari muka gue saja." jawabnya cepat.

Selanjutnya, "Croott.., crott..!" sperma saya saya mengeluarkan di muka Santi.

Selanjutnya Santi secara cepat bersihkan penis saya, serta saya saja sampai nyeri dengan hisapannya. Tidak lama saya juga jatuh lemas di sebelahnya. Serta saya tetep lihat Vina masih meremas dadanya serta ia juga lihat saya dengan tatapan ingin mendapatkan perlakuaan yang sama dengan temannya.

"Vin, ke kamar mandi dahulu yuk, gue ingin bersih-bersih nih..!" jawab saya sekalian ajak Vina.

Selanjutnya Vina secara cepat menarik saya ke kamar mandi. Di kamar mandi kami sama-sama bersihkan keduanya.

"Vin, gue istirahat dahulu yach, gue cape sekali soalnya," timpal saya dengan suara lemas tetapi sarat dengan kebahagiaan.

"Ok deh, tetapi jangan semakin lama yach, gue sudah tidak tahan nih..!" jawab Vina sekalian bersihkan penis saya.

Selang beberapa saat Santi masuk dalam kamar mandi untuk bersihkan diri, saya serta Vina selanjutnya keluar dari kamar mandi. Demikian sampai di tempat tidur, mendadak saja Vina mencium saya dengan ganasnya. Dengan cara automatis juga saya membalasnya. Selanjutnya ciuman Vina mulai turun ke leher saya serta dada saya. Saya cuma pasrah diperlakukan semacam itu. Dada saya diremas-remas oleh Vina serta sapuan lidahnya mulai turun ke wilayah bawah.

"Hmm.., barang loe akan gue paksa berdiri lagi nih..!" kata Vina dengan suara merayu.

Selanjutnya tanpa ada diperintah Vina selekasnya mencium serta mengulum penis saya dengan lahapnya seperti orang yang kelaparan.

"Ahh.. ahh.. ahh.., enak Vin..!" timpal saya.

Sepintas saya lihat Santi baru keluar dari kamar mandi serta sedang menggunakan pakaiannya.

"Loe tidak ingin ikut-ikutan lagi San..?" bertanya saya.

"Tidak ah, gue lemes sekali, giliran loe urus teman gue saja deh, gue ingin istirahat dahulu," jawabnya enjoy.

Selanjutnya saya tidak ingin kalah, selekasnya saya capai buah dada Vina serta selekasnya saya hirup. Saya dari mulai putingnya yang kanan, selanjutnya berubah ke yang kiri, saya remas-remas dadanya.

"Ahh, yang kencang Sayang..!" jawab Vina lirih.

Kira-kira 5 menit saya mainkan dadanya, selanjutnya saya turun ke vaginanya. Tampaklah vagina Vina ditumbuhi bulu-bulu halus yang rapi itu telah terlihat basah.

"Hmm.., sudah basah loe Vin, dah tidak tahan yach..?" kata saya sekalian tersenyum.

Vina cuma menangguk saja tanpa ada keluarkan suara sedikit juga. Selanjutnya saya dekatkan mulut saya ke depan vagina Vina, serta langsung saya hirup serta saya jilat vaginanya.

"Ohh.., ohh.., teruss..! Enak..!" itu suara yang didengar dari mulut Vina.

Sesudah 10 menit saya mainkan vaginanya, saya ingin lakukan pergerakan semakin jauh. Serta dengan selekasnya saya masukkan penis saya ke vagina Vina.

"Hmm, pelan-pelan yach..!" jawab Vina.

Saya cuma tersenyum serta selekasnya mencium Vina, serta ia juga membalasnya dengan penuh semangat.

Bless, semua penis saya sekarang ada di vagina Vina. Serta tanpa ada dikomando lagi saya selekasnya bergerak diiringi goyangan pinggul Vina. Tanpa ada sadar Vina memeluk saya demikian eratnya serta saya memerhatikan muka Vina yang sedang merem melek seolah-olah tidak mau stop mendapatkan kesenangan.

5 menit selanjutnya Vina ingin bertukar tempat.

"Eh, giliran dogy yuk..!" pinta Vina.

Ya telah, saya patuhi saja tekad Vina.

"Bless, bless.., bless..!" sedikit terdengar suara penis serta vagina yang sedang berlomba-lomba, sebab vagina Vina telah basah serta menurut saya Vina tidak lama lagi akan keluar.

Serta betul saja sangkaan saya, mendadak saja Vina teriak, "Ah.., ahh.., ahh.., gue keluar..!"

Selanjutnya Vina langsung jatuh lemas dengan tempat telungkup, sesaat penis saya masih tertanam dalam vagina Vina. Karena itu saya selekasnya gerakkan penis saya agar saya dapat keluar. Tidak lama saya berasa jika saya ingin keluar.

"Keluarin dimana Vin..?" bertanya saya.

"Di ajalah, agar loe enak..!" jawabnya dengan suara yang terbata-bata.

Lalu, "Crott, crott..!" penis saya selekasnya keluarkan semburan spermanya.

"Ahh..!" saya bernada dengan keras, "Enak sekali..!" lanjut saya.

Selanjutnya saya langsung rebah di samping kanan Vina, sesaat Santi sedang tersenyum memerhatikan kami berdua.

"Wah-wah-wah, cape loe yach berdua..?" kata Santi.

Saya yang telah lemas cuma bisa tersenyum serta tiduran di samping Vina.

Sesudah istirahat beberapa waktu, selanjutnya saya serta Vina ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Kemudian kami bertiga pulang ke rumah semasing dengan bawa masa lalu indah bersama-sama. Nah, tunggu narasi saya di periode selanjutnya, minta beberapa pembaca memberikan pendapat serta tanggapan pada narasi saya.

TAMAT Artikel Berkaitan

Popular posts from this blog

Istriku dan mantan pacarku

Sepenggal mentari di Losari 2