Sepenggal mentari di Losari 2



Batanganku yang dalam kuluman menghentak-hentak nikmati gesitnya lidah Lita yang menyedot serta mencari semua permukaan kepala batanganku. Tetapi ini tidak tahan lama, kelihatannya mereka sudah setuju awalnya, tempat mereka bertukar. Sekarang Lita yang mengulum kemaluanku, serta Linda yang mintaku mengelus-elus selangkangannya. Bukan hanya itu, serta Lita membimbing jemari tengah tangan kiriku untuk memasukkan ke lubang kemaluannya. Wow.. basah serta licin yang membuat tidak ada rintangan apa-apa sampai jemari tengah kiriku kugerakkan keluar serta masuk di lubang kemaluan Lita. Linda yang seperti kesetanan terus gerakkan kepalanya, maju serta mundur, sampai kesenangan hisapan benar-benar semakin berasa. Saya bukan pemain sex yang hebat, bukan menjajal kemaluan wanita yang hebat, saya cuma lelaki umumnya. Sejauh ini kehidupan seksualku biasa saja, bisa disebut, tanpa ada pengalaman. Ini yang pertama serta kemungkinan yang paling liar.
Senja tentunya sudah beralih malam, matahari sudah benar-benar hilang dalam dekapan malam. Serta yang nampak sekarang hanya burung-burung malam yang terbang cari cintanya di kegelapan malam. Situasi Losari semakin ramai. Selama cakrawalaku, nampak beberapa lampu yang dipasang di gerobak beberapa penjual mulai menerangi seputarnya. Situasi hatiku seperti tersentak waktu satu piring dari gerobak samping jatuh serta pecah. Suara gemerincing beling ini memperingatkanku kembali ke situasi dimana birahiku semakin berani melangkahkan kemauannya sendiri. Linda serta Lita, yah.. situasi waktu itu semakin meleburkan kami dalam adegan seksual yang benar-benar mengagumkan.

Linda yang terbujur di tempat tidur dengan sprei warna pink dengan tempat kaki di tekuk serta di kangkang melebar. Sampai liang kemaluannya menganga serta siap terima masuknya batanganku. Satu kali lagi tanpa ada kerja keras kumasukkan. Ambles.. kubiarkan sesaat merasai hangatnya kemaluan Linda untuk selanjutnya mulai kugerakkan perlahan-lahan, batanganku terbenam serta terbenam dalam liang kemaluan Linda. Untuk sejurus selanjutnya Lita dengan tempat menungging, liang kemaluannya menganga tepat di muka mukaku. Ahh.. aroma lainnya. Ahh.. inikah aroma kemaluan wanita itu yang sejauh ini cuma kuketahui dari narasi teman-temanku? Pertanyaan yang terjawab sendirinya.

Saya kurang demikian tahu tujuan Lita, tetapi sebab ia mintaku menjilat, karena itu tanpa ada pikirkan panjang, lidahku juga kujulurkan serta mulai mendustai bibir kemaluan (yang menurut narasi temanku, bibir kemaluan itu klitoris namanya). Lita menggeliat-geliat menyeiramakan jilatan-jilatanku dengan goyangan pantatnya. Sesaat Linda yang semakin terengah-engah merasai goyangan-goyangan pinggulku, yang merasai tenggelamnya batanganku dalam kemaluannya semakin mengeluh. Seandainya saja Lita sebelum adegan bersetubuh ini tidak memoleskan suatu hal (minyak) ke batanganku, kemungkinan telah dari sejak barusan maniku telah keluar, serta tentu saja saya telah terkulai. Bagaimana tidak, menurutku ke-2 wanita ini memiliki abnormalitas sex, maniak kah? Entahlah, tidak demikian jadi pemikiran dalam benakku. Cuma kenikmatan-kenikmatan yang silih bertukar dari ke-2 wanita ini sebagai fokusku.

Di saat saya akan capai pucuk kesenangan, orgasme, mendadak beberapa suara pecah piring membuyarkan kegiatan seksual kami. Lita yang kujilat selangkangannya menarik badannya ke depan serta bergerak duduk. Linda yang tengah mengerang-erang mendadak diam serta membelalakkan matanya. Saya sendiri 1/2 melonjak ke pinggir tempat tidur dan berdiri dengan terlebih dulu melilitkan kain di pinggangku.

Apes, sesudah saya perhatikan sumber suara itu, rupanya dari belakang. Dari dapur, seekor kucing yang sedang asyik melahap tersisa makanan (kemungkinan makanan sisa pagi barusan). Serta sesudah saya berikan pada ke-2 wanita itu jika itu cuma seekor kucing yang lagi membuka dapur, spontan kami ketawa. Sama-sama berpandangan lucu.

Lamunanku tersentak derai tawa empat orang cewek yang sedang cekikikan dengan guyonan mereka. Nafas kutarik dalam-dalam serta perlahan-lahan kuhembuskan keluar. Matahari rupanya telah terbenam. Cuma bias rona jingganya yang tersisa rasa sejuk serta tenteram. Belum terkikis daya ingat pada insiden adegan untuk adegan hangat yang berlangsung. Hmm.. sesaat lagi sore akan usai bertukar malam.

Sebias senyuman di pojok bibirku. Lucu memang. Dan juga terkejut. Fundamen kucing. Hah.. Lita, Linda. Angin apakah yang bawa kita berjumpa. Serta entahlah mengapa saya turut dalam birahi berani kalian. Bunyi jilatan pada kemaluan Lita membuat Linda yang terbujur bangun bangun serta memerhatikanku yang melakukan itu. Seringai Linda yang penuh nafsu seperti berbisik, ia juga ingin merasai hal sama. Dengan sedikit isyarat, Linda membaringkan badannya disamping Lita yang sedang menggeliat nikmati jilatanku pada bibir kemaluannya. Kaki Linda terbuka lebar, serta merekahlah liang kesenangan itu. Sekejap kemudian, Linda juga tengah merasai asyiknya jilatan-jilatanku pada kemaluannya.

Tangan Linda tanpa ada kendali meremas buah dadanya sendiri. Lita, cuma terbujur membentangkan tangannya ke atas kepalanya. Nafasnya sesekali terengah-engah. Tetapi tanganku yang kiri tidak biarkan kemaluan Lita kesepian tanpa ada kesenangan. Becek, kurasakan bibir kemaluan Lita yang menggeliat-geliat. Sejurus kemudian, batanganku kembali lagi bangun dari istirahatnya. Tegang. Ke-2 kaki Linda kutarik ke pinggiran tempat tidur, serta langsung batanganku kumasukkan ke lubang itu. Linda melirik ke kami. Tersenyum. Saya tahu makna senyum itu, ingin. Tanpa ada banyak kesibukan lain, Linda cuma menggoyahkan pinggulnya ke kanan serta ke kiri. Serta dalam tempat kuda-kuda dengan kaki kukangkang, batanganku pas pada tempat yang sangatlah baik untuk selalu menggoyang serta menggoyang maju serta mundur.

Selang beberapa saat, berasa badan Linda menegang, saya tahu itu, Linda akan orgasme, ini membuatku terus percepat goyangan. Erangan Linda semakin jadi. Ughh.. Di saat yang pas, batanganku kutekan dalam-dalam. Ini diterima dengan dekapan erat Linda sekalian datangkan ciumannya di bibirku. Cukup lama ia lakukan itu, kemungkinan 10 detik, entahlah. Serta pada akhirnya terkulai lemas terbujur melentang di tempat tidur.

Lita yang memerhatikan kami secara baik, ambil tempat menungging. Kaki yang di kangkang, membuat lebar rekahnya lubang di selangkangannya. Basah. Tidak ada aba-aba. Batanganku yang masih tetap tegang, belum orgasme, selekasnya kumasukkan ke liang kemaluan Lita. Batangan itu masih basah oleh cairan kemaluan Linda baru saja. Tidak peduli, siapa yang peduli, lalu batangan itu juga dengan bebas masuk lubang kesenangan. Lita benar-benar sangat menyenangi tempat doggy ini, itu pengakuannya. Entahlah, rupanya memang dosa tidak memperdulikan lagi satu pertimbangan. Serta peluh terus saja mengalir membasahi altar persembahan tercela. Tidak terpikirkan satu atau setumpuk penyesalan. Cuma berlangsung serta berlangsung. Sampai dalam satu titik dimana kuasa tidak lagi dapat serta keinginan sudah tercukupi, ingin yang terwujud serta tenaga yang telah terkulai lemas. Kami bertiga terhempas terbujur di atas tempat tidur itu. Kusut. Lemas. Tetapi, terpuaskan.

Serta malam, sekarang mengantarkan sepotong jingga yang masih ada di pelupuk barat sana. Seperti sudah tersisakannya penyesalan sesudah insiden itu. Cuma sepi yang berkumandang dalam rongga memory mengenai adegan edan itu. Asmara memang terkadang bermakna lain. Atau terkadang membisukan etika. Jingga yang ketinggalan memaksaku bergerak akan pulang. Serta pantai ini jadi tempat kuhanyutkannya kemauan-keinginan liar. Sampai.. Waktu HP-ku berdering, serta satu nama yang tercantum di displaynya, Linda.

Hening sekejap dalam deringan itu. Saya memikir sesaat. Haruskah? Entahlah, saya cuma diam melihat serta dengarkan deringan untuk deringan. Sampai terputus. Hening kembali lagi. Berarti, diamkan saja Linda serta Lita melalui, walaupun sudah menyisihkan setumpuk insiden, adegan, serta banyak hal jadi sisi dari penyesalan.

Tamat Artikel Berkaitan

Comments

Popular posts from this blog

Teman Yang Pengertian

Istriku dan mantan pacarku